Kamis, 20 November 2014

MANIS LEGITNYA BATANG BATANG

                                  Sumber: @KecBatangbatang

Rasa senang campur kaget karena pada hari minggu pagi dapat undangan buat hadir di acara Pameran Pembangunan dan Produk-produk Unggulan yang dilaksanakan oleh Kecamatan Batang-batang (Kab. Sumenep). Acara ini sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan memperingati hari jadi Kabupaten Sumenep. Kalau tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan pameran ini terpusat di Kota Sumenep, tahun ini pelaksanaannya justru dibagi per wilayah kecamatan.


Buat yang belum tahu apa dan dimana Kecamatan Batang-batang, kalau kalian mengenal destinasi “Pantai Lombang” nah objek wisata ini berada dalam wilayah Kecamatan Batang-batang. Kecamatan ini cukup menarik perhatian akhir-akhir ini karena komitmen pihak kecamatan yang ingin membawa wilayahnya ke ranah dunia maya. Tujuannya adalah memberikan informasi publik mengenai wilayah dan potensinya. Dengan bekerjasama dengan plat-m.com (Komunitas Blogger Madura) akhirnya dibangunlah konsep “Kampong Internet”. Hal ini ternyata membawa hasil positif, karena di tahun 2014 Batang-batang di daulat sebagai Unit Pelayanan Publik Percontohan Kabupaten Sumenep. Hal ini tidak terlepas dari aktifnya pihak kecamatan Batang-batang di media sosial.

                                                                 Sumber: @KecBatangbatang


Rasa senang ini terutama karena membayangkan beberapa jenis kuliner yang memang terkenal di daerah ini. Mulai dari aneka olahan kue tradisional, cendol otok-otok, sampe pada yang cukup melegenda yaitu Nasi Pocong. Hmmmmm.... terbayang persiapan perut dengan undangan dadakan ini.

Sebenarnya di rundown acara masih akan dibuka jam 19.30 oleh Bupati Sumenep. Namun karena terlalu berhasrat  dan bersemangat 45, kami telah stand by sejak siang hari. Tidak masalah, hitung-hitung sambil ngintip persiapan acaranya.
Sore itu nampak semua orang sibuk mempersiapkan stand dan berbagai pernak pernik acara. Bahkan nampak bapak Anwar Sahroni (Camat Batang-batang) turun langsung memantau dan membantu anak buahnya dilapangan.



Sebuah bonus lain, rupanya kami diajak untuk datang ke kediaman D. Zawawi Imran, serang Budayawan nasional yang memang putera asli Batang-batang. Pertemuan itu berlangsung cukup singkat namun memberi arti yang dalam karena kami diberi kesempatan untuk menengok koleksi perpustakaan dan galery tempat beliau menyimpan karya-karya lukisannya. Dan yang paling beruntung, photo bersama beliau!

                                                   Bersama budayawan D. Zawawi Imron

                                                                   Koleksi lukisan D. Zawawi Imron

                                                                  Salah satu karya D. Zawawi Imron

                                                      Lukisan dengan Objek KH. Mustofa Bisri


Menjelang petang semua persiapan nampak hampir selesai. Diatas panggung terlihat sekelompok anak yang sedang melakukan persiapan dan checksound untuk penampilan nanti malam. Mereka anak-anak lokal yang akan menyajikan pertunjukan musik Tong-tong. Sementara yang lain tengah sibuk mempersiapkan kostum untuk penampilannya.


Jam ditangan menunjukkan pukul 19.15 dan tampak beberapa panitia mulai sibuk menertibkan penonton. Tampaknya acara akan segera dimulai. Acara dibuka oleh penampilan tari dan beberapa kesenian lainnya. Ketika kelompok hadrah membawakan Shalawat, tampak dari kejauhan rombongan Bupati mulai memasuki area acara pembukaan. Acara pun akhirnya dimulai dengan beberapa sambutan-sambutan. Ketika pikiran ini mulai kehilangan fokus, akhirnya kami memilih untuk meninggalkan tempat ceremony untuk mulai berkeliling mengintip isi both para peserta.

                                                 NASI POCONG, kuliner khas Batang batang

                                                         CENDOL AREN dengan OTOK OTOK



                                       Kreativitas menghasilkan tas berbahan bungkus plastik

                                                                                                Cakra Singkong

                                                             Rengginang berbahan dasar Singkong

                                                                       Kerajinan kayu miniatur perahu

                                     Seorang siswa tengah memperagakan cara menganyam

                                 Miniatur jembatan Suramadu karya siswa SMP Batang batang

                                                         Miniatur perahu khas Madura

Senang sekali akhirnya bisa turut menyaksikan dan menikmati beberapa potensi yang dimiliki oleh salah satu kecamatan terbaik di Kabupaten Sumenep ini. sebenarnya masih banyak potensi lainnya yang dimiliki oleh Kecamatan Batang batang yang tidak dapat dimasukkan oleh dalam pameran ini. kalau kalian tertarik, silahkan aja berkunjung....

Kamis, 23 Oktober 2014

Yuk ke SAEBUS: Mengintip Gugus Surga Laut Sapeken

Tulisan & Foto oleh: Faizal Amir



Sapeken? Dimana itu? Itulah yang pertama terlintas di benak saya ketika seorang teman saya mengajak untuk melakukan sedikit observasi di sebuah pulau terpencil di wilayah kabupaten Sumenep. Dari gambaran yang diceritakannya, muncullah ketertarikan saya untuk mengunjungi pulau yang baru kali itu namanya saya dengar. Akhirnya, saya dan delapan orang teman saya, pergi berpetualang ke Pulau Sapeken.



Pulau Sapeken termasuk salah satu pulau di Kepulauan Kangean. Sedangkan Kepulauan Kangean sendiri merupakan bagian dari gugusan kepulauan di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura. Pulau ini terletak di 6˚46′-7˚6′ LS dan 115˚10′- 115˚44′ BT. Luas pulau ini dan kepulauan sekitarnya sebesar 64.500,95 hektare. Pulau-pulau yang termasuk di wilayah ini adalah Pulau Sapeken, Pulau Mamburit, Pulau Paliat, Pulau Saubi, Pulau Sepapan, Pulau Sabuntan, Pulau Sepangkur, Pulau Saor, Pulau Saebus, Pulau Sasiil, Pulau Bangkao, Pulau Sadulang Kecil, Pulau Sadulang Besar, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Pagerungan Kecil, dan Pulau Sepanjang


Asal-usul penduduk Sapeken diduga berasal dari Kepulauan Solu, Filiphina, asal suku bajo. Karena pergolakan politik, mereka sering berpindah-pindah atau nomaden. Setelah dari kepulauan Solu, mereka sampai di Serawak, Malaysia. Setelah dari Serawak, lalu lari lagi ke Buton, kepulauan Kabaina, Sulawesi Selatan. Dari Buton, mereka sampai di Flores timur, lalu ke pulau Kangean. Maka dari itu mereka kini tersebar dimana-mana dan tidak memiliki tempat tinggal tetap karena setiap merasa tidak aman, mereka pindah. Kini suku Bajo tersebar di 36 negara, termasuk di Sapeken sendiri.

Suku Bajo mendominasi wilayah Sapeken, Sabuntan, Tanjung Piao, dan SasIil. Sementara Suku Mandau mendominasi wilayah Pegalungan, dan Bugis mendominasi wilayah Sekala. Sedangkan untuk daerah Paliat, penduduknya lebih mirip orang Madura.


Pantai Pasir putih, di pantai ini terdapat cekungan yang diisi air laut sehingga membentuk kolam. Cekungan ini terbentuk oleh arus yang datang dari laut sehingga menghasilkan pusaran pasir yang terisi oleh air.

Medan bawah lautnya memiliki pola bentangan [pasir-lamun-branching-slope-variasi karang makin banyak]. Semua life form terumbu karang mulai dari branching, foliose, digitate, tabulate, dan submassive dapat dijumpai di perairan ini. Semua ikan indikator dapat dijumpai kecuali grouper. Pada kedalaman lebih dari 10 m jumlah terumbu karang masih banyak dan tutupannya masih rapat. Perairan Saebus cocok dijadikan sebagai spot penyelaman. Vissibiliy cukup jernih, kira-kira 12 meter horizontal. Di Saebus timur terumbu karang didominasi oleh life form massive dan branching. Di bagian barat persebaran life form beraneka ragam. 




Masyarakat Saebus terkenal ramah terhadap pendatang, terutama barat dan tengah. Memiliki satu sumber air tawar dengan jumlah yang melimpah. Mata air ini selalu diandalkan oleh orang-orang dari luar pulau. Pantai yang ada di barat Saebus menurut orang-orang dari luar pulau memiliki pemandangan yang begitu indah.

MENUJU SAEBUS


Hari 1 :

Jam 02.00 WIB kita berangkat ke Sumenep dengan naik bus kelas ekonomi seharga 32ribu per orang. Sampailah kita di pertigaan sebelum terminal Sumenep jam 06.15 WIB. Kalo kita naik bus malam hari, setelah jam 6 malam, maka bus akan lewat jembatan Suramadu, kalo siang bus akan naik kapal Feri.Kemudian kita sewa angkot untuk ke pelabuhan Kalianget Sumenep. Sewa mobilnya 50ribu, hasil tawar menawar. Kira-kira dibutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ke pelabuhan KaliangetDi Kalianget kita harus menunggu, karena kapal express untuk ke Kangean jam 08.30 WIB sedangkan kita sampai jam 07.00 WIB jadi cukuplah kalo buat sarapan dan mandi.Tepat jam 09.00 kapal express kita berangkat, kira-kira jam 1 siang sampai pelabuhan Batuguluk, Kangean. Tiket kapal ini adalah 150ribu sekali berangkat. kalo kita beli tiket langsung pp, mendapat potongan 20ribu, jadinya 280ribu.





Jam 1 siang kita sewa taxi (sebutan angkutan dari mobil pick up) ke alun-alun kota. Sewa taxi ini 60 ribu per orang. Kota yang kita tuju ini adalah Arjasa. Kangean terdiri dari 3 kecamatan yaitu kecamatan Arjasa, Kangean dan Sapeken. Kita menuju rumah teman di sekitar alun-alun, kalo kita menyewa rumah per malam nya sekitar 30-50ribu per orang. Dari sore sampai malam hari kita nikmati jalan-jalan di alun-alun dan beberapa masakan Kangean.




Hari 2 :

Jam 7 Pagi kita berangkat dari alun-alun, menuju Pelabuhan Kayuaru di sisi timur pulau Kangean ini yang ditempuh kira-kira 2 jam. Perjalanan dari Alun-alun sampai Dermaga Teluk Betu-betu, kita disuguhi pemandangan hutan Jati dan Sawah. Dan perlu diketahui Kangean adalah penghasil Kayu Jati terbaik.



Spot pertama adalah sekitar pulau Saubi, langsung terjun bermain-main air, dilanjut 2 spot lagi di sekitar pulau Sakpapan. Jam 11 kita rehat di pulau Saubi. Sebelum berangkat ke spot selanjutnya kita sempet makan siang dengan bakso ikan di pulau saubi yang semangkoknya sekitar 7ribu rupiah. Dugaan ane karena AC Standing di Kapal Express kemaren. Total 3 spot yang ane ga ngikutin, jadi ga tahu dimana saja, pas Bangun sudah menuju ke pulau Bungin untuk Menginap. Di pulau Bungin kita menginap di rumah Mas Iswad, kalo menyewa rumah penduduk sekitar 30-50ribu per malam per orang. Mungkin juga lebih murah kalo sewa 1 rumah sekaligus.


Kita berangkat jam 6 pagi. Dan kita menuju di spot di Sekitar pulau Saor. Disini kita sempet ngelihat kapal tenggelam milik belanda yang sudah banyak ditumbuhi beberapa terumbu karang. Setelah puas ngelihat kapal disana, dilanjut ke pulau Gosong versi Kangean. Puas Narsis di Pulau Gosong, langsung nyebur di sekitar pulau ini. Hasilnya luar biasa kekayaan terumbu karang dan biota ikan-nya. Yang bikin khas dan alami adalah ikan-ikan disini cenderung tidak takut manusia pas kita snorkeling.

Siang hari kita makan siang di pulau Saebus, dari makanan yang kita bw dari pulau Bungin. Sekitar pulau Saebus ini sangat bagus terumbu karang nya., sayangnya beberapa sudah jadi korban bom untuk mencari ikan.


Perjalanan dilanjut ke pulau Salarangan yang jaraknya lumayan jauh, yaitu 3 jam. Tapi kita sempetin dulu mampir ke pulau Sapeken, di pulau Sapeken lumayan rame daripada pulau-pulau sebelumnya. Di Kita berangkat jam 6 pagi. Dan kita menuju di spot di Sekitar pulau Saor. Disini kita sempet ngelihat kapal tenggelam milik bel Salarangan lumayan unik juga pantainya. Kita menunggu Sunset disini. Selama dua hari dsni kita bisa foto-foto underwater.

Dari Salarangan, kita menuju ke Pelabuhan Kayuaru, sekitar 1 jam perjalanan, Jadi disana sampai jam 7 malam. carteran taxi(mobil angkot pick up) ke alun-alun Arjasa dengan biaya 250ribu. Mas Iswad dan Mas Andik balik ke Pulau Bungin, sedangkan kita berenam melanjutkan ke Alun-alun Arjasa. Sungguh berkesan dengan Nahkoda kapal kita ini. Beliau tahu betul spot-spot bagus di Kepulauan Kangean karena beliau adalah pencari ikan hias.Sampai di alun-alun sekitar jam setengah 10 malam.




#tipsntrick:

1. Perhatikan jadwal kapal menuju Kangean dan kembali ke Sumenep.
2. Hindari berangkat di Hari Libur Nasional atau Hari Besar Keagamaan karena akan sulit mendapat       kursi di kapal penyeberangan.
3. Perhatikan cuaca, karena kalau cuaca tidak memungkinkan jadwal penyeberangan bisa ditutup.
4. Untuk mempermudah, hubungi TRIP ORGANIZER lokal.

Be Fun and Keep save guys...





Minggu, 12 Oktober 2014

VIHARA AVALOKITESVARA: Kwan Im Po Sat Telah Mencapai Nirwana

Berawal dari kunjungan ke klenteng PAO SIAN LIAN KONG (Sumenep) kami mendapat informasi tentang akan dilaksanakannya sebuah peringatan tercapainya Nirwana oleh Kwan Im Po Sat yang akan dilakukan di Vihara Avalokitesvara (Pamekasan).  Dari kabar yang kami dengar, disana juga akan digelar beberapa acara sembahyang bersama, Odalan Pura Dalem Segara Madura, Tarian Bali, Madura dan Liang Liong. Tentu ini cukup menarik perhatian kami, karena acara semacam ini memang cukup sulit didapat informasinya untuk umum.

Rasa penasaran semakin mengiang di otak mendekati hari-H. Dan tiba waktunya, kami berangkat dengan kesiangan. Meluncur dari Sumenep, jam menunjukkan jam 12.00 wib. Selang 45 menit kemudian pantai Talang Siring pun mulai terlihat, pertanda kami akan segera tiba dilokasi Vihara AVALOKITESVARA. 

Bagi kalian yang berangkat dari Surabaya, untuk mencapai lokasi ini tidak terlalu sulit. Vihara ini terletak di Kabupaten PAMEKASAN, tepatnya di desa Candi. Berjarak sekitar 20 menit kearah timur dari pusat kota PAMEKASAN. Atau kalau masih bingung, tanyakanlah lokasi pantai Talang Siring, naah bersebelahan dengan pintu masuk pantai telah terdapat sebuah papan petunjuk besar arah menuju Vihara. Dari jalan utama kita harus masuk lagi ke jalan yang lebih kecil dengan waktu tempuh sekitar 5 menit.

Dan sampailah kami di lokasi Vihara AVALOKITESVARA dengan bayangan menyaksikan secara langsung berbagai macam kegiatan yang rasanya sayang untuk di lewatkan.


Sedikit terasa aneh ketika masuk area parkir, karena tidak ada suasanan persiapan sebuah acara besar yang tampak. Semuanya terlihat seperti hari-hari biasa, walaupun banyak sekali kendaraan pribadi dan bus pariwisata yang nongkrong di belakang. Mungkin karena wajah kami yang celingak celinguk (Mungkin sedikit mencurigakan) akhirnya datanglah seseorang yang kemudian bertanya tentang keperluan kami. Setelah diberitahu, betapa semakin terlipatnya bidang wajah ini... Ternyata kami salah jadwal!! Nasib buruk

Rupanya acara yang diharapkan kami saksikan telah diadakan sehari sebelumnya...

Baiklah, mari kita menikmati kegagalan ini dengan jalan lain.. Karena sejatinya, kunci sukses berliburan adalah cara kita menikmati suasana yang ada....



SEJARAH SINGKAT VIHARA AVALOKITESVARA

Sekitar abad 17 Masehi, seorang petani menemukan beberapa arca saat mencangkul ladangnya disekitar pantai Talang. Kebetulan didaerah itu bermukim beberapa warga keturunan Cina, kemudian ladang itu dibeli. Setelah dibersihkan, ternyata arca-arca tersebut adalah arca Buddha versi Majapahit aliran Mahayana yang banyak penganutnya di negeri China.

Salah satu arca berukuran besar ternyata arca AVALOKITESVARA BODHISATVA atau KWAN IM POSAT atau Dewi Welas Asih dengan ukuran: tinggi 155cm, tebal tengah 36cm dan tebal bawah 59cm. Arca-arca yang lain adalah Amogasidha, Kencono Wungu dan Ratna Sambhava (Sam Po Hud) semuanya terbuat dari batu hitam, dan sekarang diwarnai kuning keemasan.

Tempat ditemukannya arca-arca tersebut diberi nama desa Candi serta dibuatlah bangunan ala kadarnya untuk menampung arca-arca tersebut. Seiring perkembangan, bangunan ini diberi nama VIHARA AVALOKITESVARA (Kwan Im Kiong) dan terus direnovasi serta dilengkapi dengan sarana ibadah yang lain, yaitu DHAMMA SALA untuk Buddha Gautama, LI THANG untuk nabi Kong Hu Cu dan Nabi Lau Cu, serta TIAN CIN (Gedung Agung) untuk para Sin Bing (Dewa).

Di Vihara ini sejak dulu terdapat Musholla, karena disetiap rumah keluarga Madura sejak zaman dulu terdapat Langgar (Musholla). Selain itu juga terdapat bangunan Pura sebagai sarana ibadah umat Hindu.

SAATNYA BERKELILING!

Salah satu dua PAGODA yang berdiri di samping Pintu Gapura Vihara


Altar Thian Kong


 Salah satu Ornamen Naga yang menjadi cirikhas


 Ornamen ukiran yang berada di THIAN KONG


 Suasana peribadatan di KWAN IM THANG  (Altar Dewi Kuan Im)







 Altar AVALOKITESVARA (Peninggalan Majapahit abad 14)




Altar SAKYA MUNNI BUDDHA GAUTAMA


Sebelum masuk ke Pura, ada baiknya baca ini dulu


 Gamelan yang dipergunakan sehari sebelumnya pada acara puncak

#tipsntrick:

  1. Untuk masuk ke Vihara Avalokitesvara tidak dikenakan tiket (gratis!).
  2. Sebelum berkeliling, ada baiknya memberitahukan kepada pihak pengelola agar mendapat pendampingan/Guiding.
  3. Hormati orang sedang beribadah.
  4. Informasi, jadwal & Sumber sejarah oleh: www.kwanim-kiong.org




Sabtu, 11 Oktober 2014

DESA SEMAAN: Sebuah Bingkai Pelestarian Budaya & Kearifan Lokal Sumenep-Madura

Keesokan harinya, sehabis subuh Rokip betapa sangat terkejut karena ternyata neng-cennengitu tidak ada di tempatnya. Dia bingung dan ketakutan. Karena sebentar lagi di harus memukul neng-cenneng itu sebagai tanda pengajian dimulai. Di tempat lain Nuron bersembunyi seraya tertawa melihat Rokip kebingungan. Dalam keadaan bingung akhirnya Rokip naik ke sebongkah batu besar dan agak bundar. Dia bermunajah kepada Tuhan memohon pertolongan dengan air mata berlinang. Sayup-sayup terdengar dari setiap air mata yang jatuh berbunyi neng…nang…neng… yang begitu nyaring. Dalam keadaan tidak percaya dia membuka matanya mencari sumber bunyi itu. Ternyata benar, bunyi itu bersumber dari sebongkah batu yang dia duduki tadi. Dia pun memukul batu itu dengan tangannya sambil berteriak,
“Semma’… Semma’ Pa Semma’… Kabbhi ka Langgar ban ka Guru.” Suara Rokip terdengar oleh Kyai Masrur yang masih di tanah Jawa. Dia pun berkata: “Sema’an.. Sema’an… Kakabbhi.”
Akhirnya desa ini pun di beri nama Sema’an dan batu cenneng itu pun sampai sekarang masih berbunyi neng…neng… ketika dipukul dengan batu atau benda lainnya.
Itulah sepenggal cerita rakyat yang menggambarkan asal muasal desa ini. Sebuah desa kecil yang terletak di wilayah Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep. Di wilayah ini, para wisatawan sih umumnya lebih mengenal pantai Salopeng. Sayang sekali, karena lebih dari itu Kecamatan Dasuk ini termasuk salah satu dari beberapa wilayah di pesisir utara yang dikenal sebagai "Gudangnya" para seniman. Tak terkecuali DESA WISATA SEMAAN ini, yang dikenal banyak melahirkan seniman pembuat topeng Madura yang memiliki karakteristik khusus dan berbeda dengan kebanyakan seni topeng di daerah lain.Tak hanya itu, desa ini juga kaya dengan cerita rakyat, seni tari dan musik, bahkan adat istiadatnya yang masih kuat.

Dan yang lebih menyenangkan lagi, tahun 2014 DESA SEMAAN menyatakan dirinya terbuka untuk umum lhooo.. Maka kemudian muncullah beberapa pertanyaan seputar seperti apakah sih sebenarnya DESA WISATA SEMAAN ini? 

Dengan menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari pusat kota Sumenep kearah tenggara, kita akan sampai di tempat ini. Namun sayang, belum ada rambu-rambu atau penanda yang jelas untuk sampai dengan mudah. 



Ketika sampai (dan kalau beruntung) kalian akan mendapatkan sebuah "sambutan khas" berupa HADRAH (masyarakat Jawa lebih mengenalnya dengan nama TERBANGAN) sebagai bentuk penyambutan khas masyarakat Madura ketika ada tamu yang berkunjung.



Konsepnya di DESA WISATA SEMAAN ini cukup menarik, karena para wisatawan diajak untuk berjalan kaki menyusuri beberapa titik (spot) yang menyajikan beberapa suguhan budaya khas masyarakat Sumenep.

A NANGGHALAH (Membajak)
Ternyata meskipun dikenal sebagai daerah yang kering, budaya pertanian di Madura cukup kuat. Nah salah satu bentuknya adalah "a nangghalah" atau membajak lahan. Dari budaya inilah kemudian lahir sebuah budaya lain yang kemudian melekat sebagai identitas orang madura yaitu Karapan Sapi. Disini para tamu diajak untuk mencoba secara langsung bagaimana proses membajak lahan serta dijelaskan pula bagian-bagian dari Nangghalah (Bajak) itu sendiri.



BATU CENNENG
Jalurnya lumayan menanjak untuk samapai di spot ini. Tapi jangan khawatir, ketika kita sampai kita akan langsung disuguhi singkong rebus dan CENGI (Sambal) khas madura dan minuman tradisional POKA'.



Batu Cenneng merupakan icon DESA WISATA SEMAAN, sebuah bongkah batu besar yang memiliki suara logam jika dipukul. Ada dua batu besar disini: Batu Lake' (Pria) dan Batu Bini' (Perempuan). Selain legenda tentang asal muasal DESA WISATA SEMAAN, Kedua batu ini juga dipercaya bagi sebagian orang untuk mengikat jodoh. (Percaya gak percaya silahkan coba sendiri).

Gak berhenti disitu, di spot ini kita juga dapat menikmati pertunjukan SARONEN yang biasanya kita kenal sebagai musik pengiring Karapan Sapi. Inilah kesenian musik yang benar-benar khas di Madura. 



Selanjutnya para tamu disuguhi sebuah pertunjukan monolog yang berupa STORY TELLING tentang asal muasal DESA WISATA SEMAAN.



Selanjutnya hadir POJHIEN TOA, sebuah kearifan lokal yang hampir punah di Sumenep/Madura. Menurut sumbernya, riatual ini biasa digunakan saat rokat desa atau upacara meminta hujan.




TANIAN LANJHENG (Halaman Panjang)
Di spot ini kita akan dijamu dengan berbagai macam hidangan khas masyarakat madura. Bersiaplah melonggarkan tali pinggang. Mulai dari nasi jagung, kuah MARONGGHI, aneka ikan laut dan beberapa jenis sambal khas akan membuat cukup kenyang beberapa hari kedepan :)




SOMBHER KACCENG
Sumber mata air inilah yang menjadi urat nadi masyarakat DESA WISATA SEMAAN. Tidak hanya bercocok tanam, bahkan untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat Semaan mengkonsumsinya langsung, cukup menyegarkan saat mencobanya. Lebih dari itu masyarakat Semaan cukup menghormati dan menjaga mata air ini terkait dengan legenda dan mitos yang menyelimuti SOMBHER KACCENG. Di lokasi ini juga, kita dapat menikmati suguhan berupa kesenian musik TONG TONG.





GALLERY DESA SEMAAN
Inilah spot terakhir. Disini tour DESA WISATA SEMAAN akan diakhiri oleh sebuah tari kontemporer anak-anak SD Semaan. Kalau tertarik dengan merchandise-nya, di gallery dipajang juga beberapa kerajinan tangan anak-anak SD Semaan dan dijual dg harga rata-rata cuma RP 4000,- 
Hasil penjualan merchandise ini akan digunakan untuk beberapa program di sekolah ini. Jadi itung-itung nyumbang boleh lah....




#tipsntrick:

  1. Karena belum tersedia rambu penunjuk jalan menuju DESA WISATA SEMAAN, sebaiknya gunakan jasa GUIDE/TRIPORGANIZER untuk menuju kesini.
  2. Sebaiknya menyediakan waktu tambahan, karena masih ada beberapa pertunjukan yang belum bisa dinikmati dengan waktu yang terbatas.
  3. Belum ada penginapan/homestay di DESA WISATA SEMAAN
  4. Info terakhir yang diterima, setiap pengunjung yang datang wajib mengenakan baju tradisional khas DESA WISATA SEMAAN yang disediakan oleh pengelola. 
  5. Tiket DESA WISATA SEMAAN


  • Perorangan: Rp. 15.000,-
  • Rombongan: Rp. 700.000,- (Untuk 10 orang)